Menurut mereka menguliti bulu kucing dan anjing hidup-hidup lebih mudah daripada saat dalam keadaan mati. Tubuh mereka masih hangat sehingga kulitnya masih lunak untuk dikuliti. Saat dikuliti sebagian besar binatang itu bahkan masih mengeong dan merintih kesakitan. Para pekerja bahkan menginjak kepala atau menusuk kemaluan binatang lucu itu agar mudah untuk dikuliti. Kemudian setelah habis dikuliti, tubuh kucing-kucing itu kemudian dilemparkan ke kumpulan kucing-kucing lainnya yang bernasib sama dan sudah bersimbah darah.

Saya membaca beberapa artikel yang menyebutkan bahwa para wartawan yang pernah meliput ke sana bahkan menangis dan lemas melihat kumpulan kucing-kucing itu masih hidup dan hanya dapat mengeong dengan suara kecil.
*sungguh sangat kesal perasaan saya saat menulis ini*
Setelah diolah, kemudian bulu-bulu kucing tersebut diekspor ke berbagai negara (terutama Eropa dan Amerika) dengan label bulu sintetis atau bulu binatang lainnya. Sungguh perbuatan yang tidak berperikemanusiaan! Saya pikir orang yang memproduksi, menjual, dan bahkan membelinya adalah orang-orang tak berperasaan.
Negara-negara lain yang masih melegalkan
Selain China, ada beberapa negara lainnya yang diketahui memproduksi dan melegalkan industri tak berperikemanusiaan ini. Negara-negara itu adalah Thailand, Filipina, Korea, Skandinavia, Australia, dan Inggris.
Investigasi rahasia yang dilakukan di negara-negara tersebut oleh HSUS (Humane Society of the USA) selama 2 tahun mendapatkan hasil yang sangat mengejutkan. Mereka mendapati ratusan kucing dikurung dalam sebuah kandang sempit yang kotor. Untuk mendapatkan kucing-kucing tersebut, mereka bisa menangkapnya di jalanan atau menculik kucing peliharaan. Jika mereka mendapatkan kucing jenis langka atau berbulu cantik, biasanya akan mereka taruh di tempat khusus karena harganya akan sangat mahal. Kepolisian Inggris melaporkan bahwa penculikan kucing makin marak karena hal ini, sementara di banyak negara perburuan kucing liar masih banyak terjadi untuk diambil bulunya.
No comments:
Post a Comment