AGAR SI DIA MAU MENDENGAR
“Merasa sulit membuat si dia mau mendengar cerita
Anda? Itu karena pria memang berbeda dengan wanita. Tetapi sebenarnya ada cara yang bisa
ditempuh.”
Pada kencan pertama,
semua topik pembicaraan selalu terasa menarik untuk di bahas, dari masalah
keluarga, Negara, bahkan cicak bisa menjadi bahan pembicaraan yang hangat. Yang
penting bisa berlama-lama dengan si dia.
Setelah menikah beberapa
tahun, banyak istri, juga suami, merasa ada yang hilang. Keinginan untuk bercerita
dan mendengar seakan surut begitu saja. Lalu mulailah Anda dan pasangan
berangan-angan, seandainya saja suasana indah di kencan pertama ini bisa terus
bertahan.
Banyak pasangan yang
telah berkeluarga selama beberapa tahun, merasa hubungan komunikasi mereka
lama-kelamaan terasa hambar dan membosankan.
Yang dibicarakan itu-itu saja atau paling-paling cuma informasi rutinitas keluarga sehari-hari. Tidak ada lagi obrolan mesra yang sesungguhnya amat penting bagi keharmonisan keluarga. Si dia pun cenderung mengabaikan omongan Anda. Masuk kuping kiri keluar kuping kanan. Terkadang bila sudah begini, Anda pun jadi makin malas bicara. Dia pun enggan bertanya, mengapa Anda tak lagi berkicau. Hati-hati, hal seperti ini jangan dibiarkan berlarut-larut. Komunikasi, acara mengobrol, berbagi cerita apa saja harus terus berjalan sampai kapanpun. Mungkin awalnya terasa sulit. Tetapi ada cara yang bisa dipelajari agar Anda berdua tak kehilangan jejak kasih. Ingat saja waktu berkenalan dulu. Tidak saling kenal, tetapi toh Anda berdua bisa membuka percakapan. Sekarang, setelah berpasangan, mengapa justru enggan?
Yang dibicarakan itu-itu saja atau paling-paling cuma informasi rutinitas keluarga sehari-hari. Tidak ada lagi obrolan mesra yang sesungguhnya amat penting bagi keharmonisan keluarga. Si dia pun cenderung mengabaikan omongan Anda. Masuk kuping kiri keluar kuping kanan. Terkadang bila sudah begini, Anda pun jadi makin malas bicara. Dia pun enggan bertanya, mengapa Anda tak lagi berkicau. Hati-hati, hal seperti ini jangan dibiarkan berlarut-larut. Komunikasi, acara mengobrol, berbagi cerita apa saja harus terus berjalan sampai kapanpun. Mungkin awalnya terasa sulit. Tetapi ada cara yang bisa dipelajari agar Anda berdua tak kehilangan jejak kasih. Ingat saja waktu berkenalan dulu. Tidak saling kenal, tetapi toh Anda berdua bisa membuka percakapan. Sekarang, setelah berpasangan, mengapa justru enggan?
Jadi marilah kita coba
mencari cara yang tepat agar komunikasi sambung rasa antara Anda dan suami
kembali berlangsung lancer seperti masa pacaran dulu. Dan juga coba tips-tips
yang akan membuat si dia mau mendengarkan semua cerita Anda tanpa terkecuali.
Malah bila Anda menerapkan semuanya dengan benar, jalinan kasih pun jadi ikut
menghangat. Seperti jaman dahulu kala. Ingatlah, ini tak hanya jadi dambaan
Anda, tetapi juga impian si dia.
1.
Cari Waktu Untuk Soal Serius
Kesal
boleh-boleh saja, tapi lihat-lihat dulu waktu dan tempat untuk mengutarakannya
pada pasangan. Jangan main langsung sembur begitu saja. Misalnya, kalau suami
baru pulang kantor, jangan langsung mengomel seperti petasan cabe rawit. Sebisa
mungkin tahan dulu kekesalan Anda. Lihat bagaimana air mukanya, sedang bagus
atau tidak. Percuma saja Anda mencurahkan hati panjang lebar padanya, kalau dia
sendiri sedang jengkel. Omongan Anda tidak akan di gubris sedikitpun. Bukannya
mendapat perhatian, bisa-bisa malah tambah kesal. Jangan rusak kesempatan untuk
memulai komunikasi yang efektif dengannya, hanya karena ketidaksabaran.
Daripada memborbardir dengan sejuta kata omelan, sebaiknya perlakukanlah dia
seperti layaknya seorang tamu istimewa. Tidak usah berlebihan, cukup sambut
dengan senyum manis di bibir, beri kecupan mesra, sambil tidak lupa tanyakan
kabarnya seharian itu.
Anda
dianjurkan untuk tidak memulai pembicaraan serius dengan pasangan saat bangun
pagi atau ketika dia sedang menghadapi siaran acara kesayangannya. Kalaupun
keadaan mendesak sekali, misalnya tentang perkawinan, kehidupan seks, atau
keuangan, cari waktu yang tepat bagi Anda berdua. Cukup katakan sekilas padanya
masalah apa yang ingin Anda bicarakan, lalu Tanya kapan sekiranya dia punya
waktu untuk membicarakan masalah tersebut tanpa harus terganggu masalah lain.
2.
Jangan Bertele-tele
Kebanyakan
pria tidak suka pembicaraan yang bertele-tele dan membuang-buang waktu. Mereka
tidak akan sabar menanti akhir cerita Anda yang kedengarannya agak berputar-putar.
Menurut ilmu pengetahuan popular, ini karena otak pria lebih berorientasi pada
pemecahan masalah. Dan melihat segala sesuatunya dari skala besar dan
menyeluruh.
Berbeda
dengan wanita, yang sangat canggih dalam memperhatikan detail. Serba teliti,
sampai hal yang terkecil pun tak luput dari perhatian. Kehebatan ini membuat
wanita bisa mengingat sebuah peristiwa hingga ke detail suasana saat ia
mengucapkannya. Atau bahkan hingga alunan musik yang terdengar saat ia
menyampaikannya pada sang suami. Yang pasti tak terekam dalam memori
pasangannya.
Pria juga
tak akan perduli pada cerita ‘kata orang’, atau yang bersumber dari orang lain
dan bukan dari si pembicara sendiri. Itulah sebabnya, pria sulit menceritakan
kembali isi percakapannya dengan seseorang secara detil. Ceritanya cenderung
hanya menyangkut garis besar saja. Kalau pun Anda memaksa untuk mengorek
keterangan lengkap darinya tentang pembicaraannya dengan seseorang, bisa jadi
dia Cuma menjawab seperti ini, “Wah, sudah lupa!” Percayalah, kalau dia sampai
berucap seperti itu, berarti dia tidak menaruh minat atau perhatian sama sekali
pada topik tersebut. Jadi jangan sudutkan dia dengan pertanyaan yang sama dan
membosankan.
3.
Pancing Perhatian Secepat Kilat
Meski pria
lebih suka pada pembicaraan yang menjurus ke pokok permasalahan, bukan berarti
tak mungkin mengalihkan perhatiannya sama sekali pada minat Anda. Bisa saja
Anda mencoba menggunakan teknik melempar umpan untuk memancing sedikit
perhatiannya. Berikan umpan yang mengena dengan melempar topik yang
“menjanjikan” kesenangan baginya, misalnya dengan berkata seperti ini, “Sayang,
mau lihat aku pakai lingerie baru nggak?” Begitu dia mengalihkan perhatian
dari kegiatan yang ia lakukan, segera lemparkan topik yang sebenarnya,
“Ngomong-ngomong minggu depan ibu mau nginap disini tiga minggu.” Begitu umpan
mengena, perhatiannya pun akan segera tertuju pada Anda, hingga secara tak
sadar dia menangkap informasi “penting” yang mungkin sebenarnya tidak
menyenangkan dirinya bila di dengar dalam keadaan sadar. Setidaknya Anda
berhasil mencuri perhatiannya pada inti permasalahan tentang kedatangan ibu
Anda tanpa harus membuatnya jengkel. Sekarang tinggal bagaimana Anda menemukan
umpan yang tepat, yang mampu membuatnya tergugah dan akhirnya menyimak semua
perkataan Anda.
4.
Buat Suasana Gembira
Walau tahu
bahwa komunikasi dan bicara terus terang itu penting dan perlu, banyak pria
yang merasa terancam bila pasangannya mulai pasang wajah serius, dan
mengeluarkan kalimat sakti, “Aku ingin bicara denganmu,” Terus terang kalimat
ini mereka hindari. Kalau bisa, mereka ingin mendadak tertidur atau pingsan,
sehingga tak mendengar sepotong pun kalimat yang Anda ucapkan.
Mengingat
hal ini, maka langkah yang terbaik adalah menghilangkan kesan serius dan
‘berbahaya’. Jauhkan rasa tegang dengan bersikap santai. Misalnya, Anda bisa
menceriakan suasana dengan ucapan yang bernada positif, seperti, “Kamu
benar-benar luar biasa semalam, rasanya kita harus menambah ‘jam kerja’ jadi
dua kali seminggu,” atau, “Aduh, ternyata kamu benar-benar ayah yang baik.
Pulang kerja pun masih mau bantu si kecil buat prakarya!” Dengan kata-kata
seperti ini, semangatnya akan lebih terpacu menjalankan keinginan Anda,
ketimbang ribet tak keruan.
5.
Bicara Apa Adanya
Kalau Anda
bermaksud A, jangan kaburkan ucapan menjadi B atau malah C. Pria tidak terlalu
peka menangkap kata-kata kiasan atau sindiran. Mereka cenderung menangkap
ucapan apa adanya. Kalau yang diucapkan A, maka mereka menangkap maksud Anda A
juga. Jadi jangan buat mereka bingung dengan kata-kata yang bias. Misalnya Anda
malas membuka pintu gerbang setiap pagi. Jangan katakan, “Aduh pintunya berat,
perlu diberi oli.” Suami akan menangkap kalimat tadi menjadi: Anda tetap suka
membuka pintu gerbang, tetapi akan lebih senang lagi kalau pintunya lebih
ringan. Maka yang ia lakukan adalah memberi minyak gemuk pada engsel pintu, dan
bukannya mengambil alih tugas buka pintu ini!
Bila Anda
ingin dia membuka pintu sekali-kali, katakan terus terang, tetapi dengan nada
manis, “Sayang, pinggangku sakit sekali. Boleh nggak sekali ini kamu yang
mendorong pintu gerbang?” Ini akan membuatnya langsung beraksi.
6.
Jangan Menambah Kalut Suasana
Mengomel
bukan cara yang efektif untuk memperbaiki hubungan Anda dengan si dia. Bila
Anda ingin memperbaiki jalinan cinta dengan si dia, jangan sekali-kali
mengambil jalur mengomel-ngomel. Pilihan buruk lainnya adalah terus-menerus
menjejali telinganya dengan berbagai kritik dan komentar tajam padanya.
Mengomel tidak akan membuat si dia bertambah baik dan menyadari kesalahannya.
Bisa jadi omelan-omelan itu akan menarik perhatiannya, tapi belum tentu masuk
ke dalam otaknya.
Dengan
omelan, Anda akan menempuh resiko ekstra tinggi, bila hasrat hati sebenarnya
hanya ingin mencari perhatian darinya. Mungkin saja Anda berhasil melampiaskan
semua kekesalan dengan omelan, tapi ini bukan cara berkomunikasi yang benar.
Masalah Anda pun tidak akan terselesaikan. Resikonya bukan cuma dia yang kesal,
Anda pun bisa bertambah dongkol. Omelah hanya bisa memancing emosi lawan bicara
Anda. Jadi hindari hal ini. Bayangkan bila Anda yang terkena omelan panjang
pendek.
7.
Jauhi yang Tidak Disukainya
Tidak
semua topik pembicaraan yang disukai wanita, disukai pria. Jadi jangan mudah
terpancing dengan sikap antusias seorang pria ketika Anda sedang seru-serunya
membahas masalah tren mode dan tat arias terbaru untuk tahun 2013 mendatang.
Apalagi sampai menyangkut detail warna dan bentuk yang berlika-liku. Mungkin
dia benar-benar tertarik, mungkin juga ada udang di balik batu dengan sikap
pura-pura antusiasnya itu.
Biasanya
pria punya tehnik sendiri saat memberi umpan untuk menangkap mangsanya. Camkan
baik-baik pada diri Anda: tidak usah memaksakan diri memeras batu untuk
mendapatkan segelas air, kalau ada banyak sumur di sekeliling Anda. Manfaatkan
yang tersedia.
8.
Tidak Usah Menceritakan Hal-hal yang Tidak Perlu
Padanya
Dalam
sebuah keluarga, ada berjuta-juta masalah yang selalu siap mengintai kehidupan
Anda sehari-hari. Dari masalah anak, pembantu, sampai bohlam putus. Seandainya
Anda masih bisa mengatasi beberapa masalah sendiri, jangan ungkit-ungkit lagi
masalah itu dihadapannya. Selain buang-buang waktu, dia juga akan Menganggap
Anda sebagai istri yang cerewet dan hanya bisa berkutat pada masalah yang sama,
tanpa bisa mencari solusi yang tepat. Bisanya cuma mengomel melulu. Kalau cap
ini sudah menempel di kepalanya, tentu merepotkan, dan kemudian mempengaruhi
suasana rumah. Anak tidak akan merasa tentram hidup dalam keluarga yang penuh
pertengkaran. Waktu yang seharusnya bisa digunakan untuk menjalin keakraban
antar anggota keluarga akhirnya terbuang dengan sia-sia karena omelan Anda.
Ingat baik-baik,
pekerjaan rumah tangga sehari-hari adalah pekerjaan tanpa tanda jasa, betapapun
besarnya pengorbanan Anda sebagai seorang istri dan ibu. Sebaiknya ada
kesepakatan bersama untuk memanfaatkan waktu dan tenaga semaksimal mungkin demi
kesejahteraan keluarga.
9.
Berdua di Luar Rumah
Kapan
terakhir kali Anda pergi berdua saja? Kalau lewat dari setahun, berarti Anda
berdua perlu bulan madu kedua. Keluar kota atau ke luar negeri berdua saja
tidak masalah, yang penting menjauh sejenak dari rutinitas rumah tangga.
Cobalah pergi ke Bali berdua dengan mobil. Sepanjang perjalanan, Anda dan dia
bisa saling berbagi cerita-cerita lama yang lucu dan romantis. Mungkin Anda
bisa bercerita padanya tentang pengalaman pertama berciuman dengannya dan
sebagainya. Carilah cerita ringan yang bisa mengembalikan kemesraan dengannya.
Perjalanan panjang ini sangat berguna untuk mengembalikan komunikasi cinta
diantara Anda berdua. Di tanggung si dia akan lengket terus seperti perangko!
TELINGANYA HANYA UNTUK SAYA
Inilaj kisah beberapa sahabat yang berhasil membuat
pasangannya mau mendengar kisahnya.
a.
“Saat
terbaik untuk bercerita dengan suami adalah malam hari, ketika ia sedang asyik
menikmati secangkir kopi kesukaannya. Sambil duduk-duduk di teras,saya akan
mulai memancingnya lewat isi buku yang baru dibelinya. Mulanya dia bicara.
Setelah 10 menit, saya ikut sumbang pendapat, dan sesudahnya, ia akan mendengar
semua cerita saya.” (Mirna, 33)
b.
“Saya
mencuri ilmu ibu dalam menyampaikan masalah rumit. Tidak langsung melapor saat
suami pulang, tetapi menuliskannya pada sehelai kertas surat, dan
menyelipkannya di tas kerja. Terkadang surat itu baru terbaca beberapa hari
setelah peristiwa tersebut berlalu. Tetapi ini justru bagus. Karena pada saat
itu emosi kita sudah surut. Jadi bahasan bisa dengan kepala jernih.” (Vina, 35)
c.
“Suami
saya paling senang melewatkan waktunya dengan menonton pameran. Dan selalu
minta ditemani. Saat-saat seperti itu, sering saya manfaatkan untuk bercerita
apa saja. Dengan kepala yang jernih, hati yang tenang, ia akan mendengarkan
semua.” (Hermin, 39)
No comments:
Post a Comment