Powered by Blogger.
RSS

Wednesday, 16 May 2012

Agar Si DIA Mau Mendengar


AGAR SI DIA MAU MENDENGAR
“Merasa sulit membuat si dia mau mendengar cerita Anda? Itu karena pria memang berbeda dengan wanita.  Tetapi sebenarnya ada cara yang bisa ditempuh.”

          Pada kencan pertama, semua topik pembicaraan selalu terasa menarik untuk di bahas, dari masalah keluarga, Negara, bahkan cicak bisa menjadi bahan pembicaraan yang hangat. Yang penting bisa berlama-lama dengan si dia.
          Setelah menikah beberapa tahun, banyak istri, juga suami, merasa ada yang hilang. Keinginan untuk bercerita dan mendengar seakan surut begitu saja. Lalu mulailah Anda dan pasangan berangan-angan, seandainya saja suasana indah di kencan pertama ini bisa terus bertahan.
          Banyak pasangan yang telah berkeluarga selama beberapa tahun, merasa hubungan komunikasi mereka lama-kelamaan terasa hambar dan membosankan.
Yang dibicarakan itu-itu saja atau paling-paling cuma informasi rutinitas keluarga sehari-hari. Tidak ada lagi obrolan mesra yang sesungguhnya amat penting bagi keharmonisan keluarga. Si dia pun cenderung mengabaikan omongan Anda. Masuk kuping kiri keluar kuping kanan. Terkadang bila sudah begini, Anda pun jadi makin malas bicara. Dia pun enggan bertanya, mengapa Anda tak lagi berkicau. Hati-hati, hal seperti ini jangan dibiarkan berlarut-larut. Komunikasi, acara mengobrol, berbagi cerita apa saja harus terus berjalan sampai kapanpun. Mungkin awalnya terasa sulit. Tetapi ada cara yang bisa dipelajari agar Anda berdua tak kehilangan jejak kasih. Ingat saja waktu berkenalan dulu. Tidak saling kenal, tetapi toh Anda berdua bisa membuka percakapan. Sekarang, setelah berpasangan, mengapa justru enggan?
          Jadi marilah kita coba mencari cara yang tepat agar komunikasi sambung rasa antara Anda dan suami kembali berlangsung lancer seperti masa pacaran dulu. Dan juga coba tips-tips yang akan membuat si dia mau mendengarkan semua cerita Anda tanpa terkecuali. Malah bila Anda menerapkan semuanya dengan benar, jalinan kasih pun jadi ikut menghangat. Seperti jaman dahulu kala. Ingatlah, ini tak hanya jadi dambaan Anda, tetapi juga impian si dia.
1.      Cari Waktu Untuk Soal Serius
       Kesal boleh-boleh saja, tapi lihat-lihat dulu waktu dan tempat untuk mengutarakannya pada pasangan. Jangan main langsung sembur begitu saja. Misalnya, kalau suami baru pulang kantor, jangan langsung mengomel seperti petasan cabe rawit. Sebisa mungkin tahan dulu kekesalan Anda. Lihat bagaimana air mukanya, sedang bagus atau tidak. Percuma saja Anda mencurahkan hati panjang lebar padanya, kalau dia sendiri sedang jengkel. Omongan Anda tidak akan di gubris sedikitpun. Bukannya mendapat perhatian, bisa-bisa malah tambah kesal. Jangan rusak kesempatan untuk memulai komunikasi yang efektif dengannya, hanya karena ketidaksabaran. Daripada memborbardir dengan sejuta kata omelan, sebaiknya perlakukanlah dia seperti layaknya seorang tamu istimewa. Tidak usah berlebihan, cukup sambut dengan senyum manis di bibir, beri kecupan mesra, sambil tidak lupa tanyakan kabarnya seharian itu.
       Anda dianjurkan untuk tidak memulai pembicaraan serius dengan pasangan saat bangun pagi atau ketika dia sedang menghadapi siaran acara kesayangannya. Kalaupun keadaan mendesak sekali, misalnya tentang perkawinan, kehidupan seks, atau keuangan, cari waktu yang tepat bagi Anda berdua. Cukup katakan sekilas padanya masalah apa yang ingin Anda bicarakan, lalu Tanya kapan sekiranya dia punya waktu untuk membicarakan masalah tersebut tanpa harus terganggu masalah lain.
2.      Jangan Bertele-tele
       Kebanyakan pria tidak suka pembicaraan yang bertele-tele dan membuang-buang waktu. Mereka tidak akan sabar menanti akhir cerita Anda yang kedengarannya agak berputar-putar. Menurut ilmu pengetahuan popular, ini karena otak pria lebih berorientasi pada pemecahan masalah. Dan melihat segala sesuatunya dari skala besar dan menyeluruh.
       Berbeda dengan wanita, yang sangat canggih dalam memperhatikan detail. Serba teliti, sampai hal yang terkecil pun tak luput dari perhatian. Kehebatan ini membuat wanita bisa mengingat sebuah peristiwa hingga ke detail suasana saat ia mengucapkannya. Atau bahkan hingga alunan musik yang terdengar saat ia menyampaikannya pada sang suami. Yang pasti tak terekam dalam memori pasangannya.
       Pria juga tak akan perduli pada cerita ‘kata orang’, atau yang bersumber dari orang lain dan bukan dari si pembicara sendiri. Itulah sebabnya, pria sulit menceritakan kembali isi percakapannya dengan seseorang secara detil. Ceritanya cenderung hanya menyangkut garis besar saja. Kalau pun Anda memaksa untuk mengorek keterangan lengkap darinya tentang pembicaraannya dengan seseorang, bisa jadi dia Cuma menjawab seperti ini, “Wah, sudah lupa!” Percayalah, kalau dia sampai berucap seperti itu, berarti dia tidak menaruh minat atau perhatian sama sekali pada topik tersebut. Jadi jangan sudutkan dia dengan pertanyaan yang sama dan membosankan.
3.      Pancing Perhatian Secepat Kilat
       Meski pria lebih suka pada pembicaraan yang menjurus ke pokok permasalahan, bukan berarti tak mungkin mengalihkan perhatiannya sama sekali pada minat Anda. Bisa saja Anda mencoba menggunakan teknik melempar umpan untuk memancing sedikit perhatiannya. Berikan umpan yang mengena dengan melempar topik yang “menjanjikan” kesenangan baginya, misalnya dengan berkata seperti ini, “Sayang, mau lihat aku pakai lingerie baru nggak?” Begitu dia mengalihkan perhatian dari kegiatan yang ia lakukan, segera lemparkan topik yang sebenarnya, “Ngomong-ngomong minggu depan ibu mau nginap disini tiga minggu.” Begitu umpan mengena, perhatiannya pun akan segera tertuju pada Anda, hingga secara tak sadar dia menangkap informasi “penting” yang mungkin sebenarnya tidak menyenangkan dirinya bila di dengar dalam keadaan sadar. Setidaknya Anda berhasil mencuri perhatiannya pada inti permasalahan tentang kedatangan ibu Anda tanpa harus membuatnya jengkel. Sekarang tinggal bagaimana Anda menemukan umpan yang tepat, yang mampu membuatnya tergugah dan akhirnya menyimak semua perkataan Anda.
4.      Buat Suasana Gembira
       Walau tahu bahwa komunikasi dan bicara terus terang itu penting dan perlu, banyak pria yang merasa terancam bila pasangannya mulai pasang wajah serius, dan mengeluarkan kalimat sakti, “Aku ingin bicara denganmu,” Terus terang kalimat ini mereka hindari. Kalau bisa, mereka ingin mendadak tertidur atau pingsan, sehingga tak mendengar sepotong pun kalimat yang Anda ucapkan.
       Mengingat hal ini, maka langkah yang terbaik adalah menghilangkan kesan serius dan ‘berbahaya’. Jauhkan rasa tegang dengan bersikap santai. Misalnya, Anda bisa menceriakan suasana dengan ucapan yang bernada positif, seperti, “Kamu benar-benar luar biasa semalam, rasanya kita harus menambah ‘jam kerja’ jadi dua kali seminggu,” atau, “Aduh, ternyata kamu benar-benar ayah yang baik. Pulang kerja pun masih mau bantu si kecil buat prakarya!” Dengan kata-kata seperti ini, semangatnya akan lebih terpacu menjalankan keinginan Anda, ketimbang ribet tak keruan.
5.      Bicara Apa Adanya
       Kalau Anda bermaksud A, jangan kaburkan ucapan menjadi B atau malah C. Pria tidak terlalu peka menangkap kata-kata kiasan atau sindiran. Mereka cenderung menangkap ucapan apa adanya. Kalau yang diucapkan A, maka mereka menangkap maksud Anda A juga. Jadi jangan buat mereka bingung dengan kata-kata yang bias. Misalnya Anda malas membuka pintu gerbang setiap pagi. Jangan katakan, “Aduh pintunya berat, perlu diberi oli.” Suami akan menangkap kalimat tadi menjadi: Anda tetap suka membuka pintu gerbang, tetapi akan lebih senang lagi kalau pintunya lebih ringan. Maka yang ia lakukan adalah memberi minyak gemuk pada engsel pintu, dan bukannya mengambil alih tugas buka pintu ini!
       Bila Anda ingin dia membuka pintu sekali-kali, katakan terus terang, tetapi dengan nada manis, “Sayang, pinggangku sakit sekali. Boleh nggak sekali ini kamu yang mendorong pintu gerbang?” Ini akan membuatnya langsung beraksi.
6.      Jangan Menambah Kalut Suasana
       Mengomel bukan cara yang efektif untuk memperbaiki hubungan Anda dengan si dia. Bila Anda ingin memperbaiki jalinan cinta dengan si dia, jangan sekali-kali mengambil jalur mengomel-ngomel. Pilihan buruk lainnya adalah terus-menerus menjejali telinganya dengan berbagai kritik dan komentar tajam padanya. Mengomel tidak akan membuat si dia bertambah baik dan menyadari kesalahannya. Bisa jadi omelan-omelan itu akan menarik perhatiannya, tapi belum tentu masuk ke dalam otaknya.
       Dengan omelan, Anda akan menempuh resiko ekstra tinggi, bila hasrat hati sebenarnya hanya ingin mencari perhatian darinya. Mungkin saja Anda berhasil melampiaskan semua kekesalan dengan omelan, tapi ini bukan cara berkomunikasi yang benar. Masalah Anda pun tidak akan terselesaikan. Resikonya bukan cuma dia yang kesal, Anda pun bisa bertambah dongkol. Omelah hanya bisa memancing emosi lawan bicara Anda. Jadi hindari hal ini. Bayangkan bila Anda yang terkena omelan panjang pendek.
7.      Jauhi yang Tidak Disukainya
       Tidak semua topik pembicaraan yang disukai wanita, disukai pria. Jadi jangan mudah terpancing dengan sikap antusias seorang pria ketika Anda sedang seru-serunya membahas masalah tren mode dan tat arias terbaru untuk tahun 2013 mendatang. Apalagi sampai menyangkut detail warna dan bentuk yang berlika-liku. Mungkin dia benar-benar tertarik, mungkin juga ada udang di balik batu dengan sikap pura-pura antusiasnya itu.
       Biasanya pria punya tehnik sendiri saat memberi umpan untuk menangkap mangsanya. Camkan baik-baik pada diri Anda: tidak usah memaksakan diri memeras batu untuk mendapatkan segelas air, kalau ada banyak sumur di sekeliling Anda. Manfaatkan yang tersedia.
8.      Tidak Usah Menceritakan Hal-hal yang Tidak Perlu Padanya
       Dalam sebuah keluarga, ada berjuta-juta masalah yang selalu siap mengintai kehidupan Anda sehari-hari. Dari masalah anak, pembantu, sampai bohlam putus. Seandainya Anda masih bisa mengatasi beberapa masalah sendiri, jangan ungkit-ungkit lagi masalah itu dihadapannya. Selain buang-buang waktu, dia juga akan Menganggap Anda sebagai istri yang cerewet dan hanya bisa berkutat pada masalah yang sama, tanpa bisa mencari solusi yang tepat. Bisanya cuma mengomel melulu. Kalau cap ini sudah menempel di kepalanya, tentu merepotkan, dan kemudian mempengaruhi suasana rumah. Anak tidak akan merasa tentram hidup dalam keluarga yang penuh pertengkaran. Waktu yang seharusnya bisa digunakan untuk menjalin keakraban antar anggota keluarga akhirnya terbuang dengan sia-sia karena omelan Anda.
       Ingat baik-baik, pekerjaan rumah tangga sehari-hari adalah pekerjaan tanpa tanda jasa, betapapun besarnya pengorbanan Anda sebagai seorang istri dan ibu. Sebaiknya ada kesepakatan bersama untuk memanfaatkan waktu dan tenaga semaksimal mungkin demi kesejahteraan keluarga.
9.      Berdua di Luar Rumah
       Kapan terakhir kali Anda pergi berdua saja? Kalau lewat dari setahun, berarti Anda berdua perlu bulan madu kedua. Keluar kota atau ke luar negeri berdua saja tidak masalah, yang penting menjauh sejenak dari rutinitas rumah tangga. Cobalah pergi ke Bali berdua dengan mobil. Sepanjang perjalanan, Anda dan dia bisa saling berbagi cerita-cerita lama yang lucu dan romantis. Mungkin Anda bisa bercerita padanya tentang pengalaman pertama berciuman dengannya dan sebagainya. Carilah cerita ringan yang bisa mengembalikan kemesraan dengannya. Perjalanan panjang ini sangat berguna untuk mengembalikan komunikasi cinta diantara Anda berdua. Di tanggung si dia akan lengket terus seperti perangko!

TELINGANYA HANYA UNTUK SAYA
Inilaj kisah beberapa sahabat yang berhasil membuat pasangannya mau mendengar kisahnya.
a.         “Saat terbaik untuk bercerita dengan suami adalah malam hari, ketika ia sedang asyik menikmati secangkir kopi kesukaannya. Sambil duduk-duduk di teras,saya akan mulai memancingnya lewat isi buku yang baru dibelinya. Mulanya dia bicara. Setelah 10 menit, saya ikut sumbang pendapat, dan sesudahnya, ia akan mendengar semua cerita saya.” (Mirna, 33)
b.         “Saya mencuri ilmu ibu dalam menyampaikan masalah rumit. Tidak langsung melapor saat suami pulang, tetapi menuliskannya pada sehelai kertas surat, dan menyelipkannya di tas kerja. Terkadang surat itu baru terbaca beberapa hari setelah peristiwa tersebut berlalu. Tetapi ini justru bagus. Karena pada saat itu emosi kita sudah surut. Jadi bahasan bisa dengan kepala jernih.” (Vina, 35)
c.         “Suami saya paling senang melewatkan waktunya dengan menonton pameran. Dan selalu minta ditemani. Saat-saat seperti itu, sering saya manfaatkan untuk bercerita apa saja. Dengan kepala yang jernih, hati yang tenang, ia akan mendengarkan semua.” (Hermin, 39)









No comments:

Post a Comment

Neobux

IKLAN